Gilanya
temenku tidak sopan lagi,Ih pinjem-Pinjem Hp abis baterai malah di
suruh cas. Gak sopan ,tapi demi sahabat tak apa penting dia seneng tidak
merasa sedih aku akan akan senyum juga.Kita kan sahabat,seberartinya
sahabt mungkin akan selalu mendasar pada diriku,mengingat letak sahabat
sangat berarti dalam berbagai sisi yang kita jalani di dunia maya pada
ini.Katakan sangat indah”bahwa dunia tanpa sahabat ibarat bumi tanpa
pergantian hari’Dengan teman semua kita bisa ,luapkan isi
hati,berbagi,muntahkahkan keluh kesah dan masih banyak lagi.ha kok
nrocos sebagian itu adalah kesan ku terhadap sahabat.
Setelah Hp
dah ada ditangan hari ini tiba-tiba MIss call” private number aku pikir
No,temennya sahabatku kan dia biasanya tukang miss call nylonong
kemana-kemana aku maklumi,jadi sesampai di aku kembali banyak yang jail
,itu yang sering aku terima,iya kalau diangkat dijawab,baru di angkat
sudah di putus.Bete rasanya,mana itu pas jam-jam sibuk benar-benar
menjengkelkan.
Pengalaman tak terkira dari miss call sudah aku
anggap hal biasa,tapi kalau keseringan ya aku kira diriku artis.Wah aku
pikir orang-orang yang suka begituan itu sudah kriminal dan termasuk
teroris.Ini sudah bisa dijerat pasal undang-undang.Kasus”.Tapi
kebanyakan setelah aku telusuri teman-teman yang ngaco dan pingin godain
aku.Ya,kalau sudah begitu aku pingin jitak-jitak kepala mereka.
Tapi
apa gunanya marah ya teman jail biasa iseng,kala sudah bosan paling
juga berhenti.Tapi dari penganlaman miss call yang menyabalkan salah
satu ternyata ada miss call yang membawa kenikmatan tiada tara.Sungguh
hal yang tidak dikehendaki datang kayak kejatuhan duren.
Berikut
cerita sex dan cerita panas ku simak bagi yang membaca asyik kok!semoga
terhibur dan sory masih acak-acakan nulisnya. Cerita ini berawal dari
perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang entah bagaimana ceritanya
wanita karir tersebut mengetahui nomor kantorku.
Siang itu disaat
aku hendak makan siang tiba-tiba telepon lineku berdering dan ternyata
operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita yang engak
mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.
“Hallo, selamat siang joko,” suara wanita yang sangat manja terdengar.
“Hallo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.
“Namaku Karina,” kata wanita tersebut mengenalkan diri.
“Maaf, Mbak Karina tahu nomor telepon kantor saya dari mana?” tanyaku menyelidiki.
“Oya, aku temannya Yanti dan dari dia aku dapat nomor kamu,” jelasnya.
“Ooo… Yanti,” kataku datar.
Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Yanti
adalah seorang wanita karir yang juga ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.
“Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?” tanyaku.
“Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama
kamu,” jelas Karina.
Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol
layaknya orang sudah kenal lama. Suara Karina yang lembut dan manja,
membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita
tersebut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Karina membuyarkan
lamunanku.
“Hallo… Joko, kamu masih disitu?” tanya Karina.
“Iya… Iya Mbak… ” kataku gugup.
“Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?” tanyanya menggodaku.
“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh,” celetukku.
“Masa sih… Aku jadi GR deh” dengan nada yang sangat menggoda.
“Joko, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?” tanya Karina.
“Boleh aja Mbak… Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu,” jawabanku semangat
“Oke deh, kita ketemuan dimana nih?” tanyanya semangat.
“Terserah Mbak deh, Joko sih ngikut aja?” jawabku pasrah.
“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa senayan,” katanya.
“Oke, sampai nanti joko… Aku tunggu kamu jam 18.30,” sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.
Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda
itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja
menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke
kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
Tanpa terasa waktu
sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang kantor dan aku
segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi
dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan
mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu
wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede
dengan hal seperti itu.
Tiba di Plasa Senayan, aku segera
memarkirkan mobil kijangku dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15.
Aku segera menuju ke MC. Donald seperti yang dikatakan Karina. Aku
segera mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa
melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.
Saat mataku
melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita
setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, wanita ini
berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik,
membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan
yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian depan yang
sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan
pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat aku
semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang aku
lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih
bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.
Tiba-tiba
wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdetuk
kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.
“Maaf apakah kamu Joko?” tanyanya sambil menatapku.
“Iy… Iyaa… Kamu pasti Karina,” tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.
Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku
terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas
tangaku dengan penuh perasaan.
“Silahkan duduk Karina,” kataku sambil menarik satu kursi di depanku.
“Terima kasih,” kata Karina sambil tersenyum.
“Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja sih?” tanyaku.
“Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Joko,” jelasnya.
“Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?” kataku sambil tersenyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,
kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali
bicara yang ‘menyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam,
menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.
Dari pembicaraan
tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang wanita yang sedang
bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha dan kebetulan
selama 4 hari dinas di Jakarta.
“Karin, kamu kenal Yanti dimana?” tanyaku.
Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online
bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga
kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil
menjelaskan dengan penuh semangat.
“Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih,” tanyaku penuh penasaran.
“Dia menikah 2 minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia nggak mau
memberi tahu kamu sebelumnya,” Jawabnya penuh pengertian.
“Ooo, begitu… ” kataku sambil manggut-manggut.
“Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4
hari, sampai urusan kantorku selesai,” jelasnya tanpa aku tanya.
“Sebenarnya tadi Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga
jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng,”
jelasnya kembali.
“Memangnya Mbak Karina menginap dimana nih?” tanyaku penasaran.
“Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H… “jelasnya.
“Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?” tanyaku menyelidik.
“Ya sendirilah, Joko… Makanya saat itu aku tanya Yanti,” katanya “Tanya apa?” tanyaku mengejar.
“Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta,” katanya.
“Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu,” lanjutnya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat
sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam.
Dan toko pun sudah mulai tutup.
“Jok… Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?” tanyanya.
“Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian,” kataku.
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera
meluncur ke hotel H… Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan.
Aku dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan
sesampainya di depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk
sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa
berontak ketika berjalan dibelakangnya.
Dan ketika aku hendak masuk
ternyata ada dua orang wanita yang sedang asyik ngegosip dan mereka pun
tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata
dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina pun memperkenalkan
teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi dan juga
mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b) sedangkan yang
mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara yang sama
besarnya bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku duduk.
Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian
mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali
pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera
bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang
bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara
yang besar, Karina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai
nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku
mencoba menghentikannya.
Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar
aku memberikan kenikmatan yang pernah aku berikan sama Yanti dan
kawan-kawan. Setelah itu Karina pun langsung menciumku dengan garangnya
dan aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas ciumannya
dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku mulai menghisap lidahnya
biar dalam dan juga sebaliknya. Sedangkan Miranda mengulum penisku ke
dalam mulutnya, mengocok dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa
aku ungkapkan tanpa sadar aku pun mendesah.
“Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh… ”
Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku
semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun
mulai menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia
bisa merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras
sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.
Mirandapun
nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan Dahlia
mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah
beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan
dia pun mendesah.
“Jok… Akuu mauu keeluuarr.”
Nggak beberapa
lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun langsung
menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun langsung
memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku masukkan
penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang
sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat
perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku lakukan
dan Karina pun mulai mendesah nggak karuan.
“Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt… ”
Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.
“Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh… ”
Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua
kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku
mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali
mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih
tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir
cairan Karina yang menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap
vaginanya Karina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh
nafsunya.
Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan
aku dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan
serentak langsung masuk. Bless… Terasa sekali kehangatan didalam
vaginanya Miranda. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat
seperti itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku
semakin nggak karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Miranda.
Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan
Karina mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat
goyangannya yang membuat aku mendesah.
“Aaahh enak Mir… Terus Mir… Goyang terus Mir… Lebih dalam lagi Mir… Aaahh sstt”
Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,
“Mir… Aku… ingiin keeluuaarr”
Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa
kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun
masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang
dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama
keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung
mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta.
Mereka pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku,
Dahlia pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir
cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti
kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama
aku mulai memeluk Dahlia dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai
turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari
diatasnya.
“Ooohh… Joko… Geelli… ” desah Dahlia.
Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.
Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara
mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya
sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang
masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku
gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang
lagi dan dia medesah.
“Aaahh enak sekali Jok… Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt… ”
Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan
setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok,
menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali
menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan
disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang
kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi,
lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
“Ssstt… Jok… Nikmat sekali… Ughh,” rintihnya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku
diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar
dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang
vaginanya.
“Joko… Gila banget lidah kamu… ” rintihnya “Terus… Sayang… Jangan lepaskan… ” pintanya.
Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk
menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat
yang bergejola dihatinya.
“Oohh… Joko, aku nggak tahan… Ugh… ” rintihnya.
“Joko cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,” pintanya.
Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk
itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan
sekali hentak.
“Bleest… ” kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia.
“Aowww… Gila besar sekali Jok… Punya kamu,” Dahlia merintih.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat
danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang
luar biasa dibatang kemaluanku.
“Joko… Jangan berhenti sayang… Oogghh,” pinta Dahlia.
Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan
penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Dahlia
membantu pinggulnya untuk berputar-putar.
“Joko… Kamu… Memang… Jagoo… Ooohh,” kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.
Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin memacu
birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya,
disaat Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku
kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang
kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.
“Joko… Terus… Sayang… Jangan berhenti… ” Dahlia meminta.
Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai kepuasan
birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa mengontrol
birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.
“Joko… Aakuu… Kelluuaarr… Aaakkhh… Goyang sayang,” rintih Dahlia. Cerita Panas
Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia semakin tak terkendali.
“Jok… Ooo… Aaammpuunn,” rintihnya panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam
hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan
cairan membasahi seluruh penisku.
Dahlia yang sudah mendapat kedua
orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha untuk mencari kepuasan
birahiku. Posisi Dahlia, sekarang menungging. Penisku yang masih
tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang
vaginanya Dahlia.
“Ooohh… Joko… Kamu… Memang… Ahli… ” katanya sambil merintih.
Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
“Dahlia… Vagina kamu memang enak banget,” pujiku.
“Kamu suka minum jamu yaa kok seret?” tanyaku.
Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan
penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh
vagina Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.
Permainan sexku diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut bisa
mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.
“Dahlia… Aku mau… Keluar… “kataku mendesah.
“Aku juga sayang… Ooohh… Nikmat terus… Terus… ” Dahlia merintih.
“Joko… Keluarin didalam… Aku ingin rasakan semprotan… Kamu… ” pintanya.
“Iya sudah… Ooogh… Aaakhh… ” rintihku.
Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin
cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak
bersama-sama.
“Joko… Aku… Aku… Ngaak kkuuaatt… Aaakhh” rintih Dahlia.
“Aku juga sudah… Ooogh… Dahh,” aku merintih.
“Crut… Crut… Crut… ” spermaku muncrat membanjiri vaginanya Dahlia.
Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar
dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia
membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.
“Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Dahlia merintih.
“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja,” kataku merendah.
“Kamu luar biasa… ” Dahlia tidak meneruskan kata-katanya karena
bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.
Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata mereka
sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak
kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4
jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang
mengulum batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun
menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan
kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang
kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena
pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.
Ketika pagi telah tiba
akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka dan akupun mandi
bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa
terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama.
Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek bersinar
diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut.
Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop
punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali
jariku yang nakal memilih punting mereka.
“Ughh… Joko… ” mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.
Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan
entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan
mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat
memburu birahinya yang tidak kenyang.
Sampai akhirnya waktu
menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus berangkat kerja dan pada
jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat jalannya agar tidak
terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H… Sambil
menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan
tadi